Minggu, 14 Desember 2014

Bisu

Masih di malam yang sama, memandangi langit kamar yang terang sunyi dalam merdu suara angin yang membuat dedaunan menari. Memikirkan hal yang tak pernah selesai. Melukis langit-langit kamar dengan secercah awan khayalan penuh warna kesenduan. Aku ingin kau mendengar tapi itu terlalu berlebihan, aku membayangkanmu tertawa atau bahkan marah setelah aku selesai  mengatakan kalau aku takut. Kehilangan. Begitu yakinnya aku bahwa kau takkan bodoh menjatuhkan dirimu dalam ombak. Tapi bagaimana kalau ombaknya yang menjatuhkanmu. Menenggelamkan perasaanmu. Menenggelamkan hatimu. Menenggelamkanku jauh didasar laut dan membiarkanku melihat ombak menuntunmu jauh ke samudera terdalam di hatinya. Sesekali aku berfikir, aku bisa menjagamu dari tangannya, menjagamu dari perhatiannya. Aku menjagamu dengan penuh, tapi kau sendiri tak bisa menahan hatimu, lalu apa gunanya. Kalau kau sudah tau api itu panas pasti akan kau jauhi kan, makanya aku lebih suka diam. Kubiarkan apinya tetap padam, meskipun api membakar hati ini sendiri. Takkan kubiarkan kau terkena percikannya apalagi sampai menjadi kobaran. Mendung tak berarti hujan, dan hujan tak berarti ada pelangi, semuanya kan tak pasti. Aku juga tak tau siapa yang menjadi prioritas utamamu dalam hati. Bukannya menuding, aku percaya padamu, tapi tidak dengannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar