Selasa, 03 Februari 2015

Cahaya Itu (2)

Tetaplah terbakar, aku tak akan berhenti memanggil namamu dalam setiap putaran dimensi waktuku. Aku tak mau melepasmu disepanjang jalanku, biar jalan itu tau kalau aku pernah melewatinya berdua denganmu sembari menggenggam tangan kananmu. Dan jangan memohon padaku untuk melepas pelukanku, itu sia-sia. Kuatku dan eratku hanya kuhabiskan untuk memelukmu. Melindungimu dari galaknya semesta dan buasnya musuh-musuhmu. Tetaplah terbakar. Tetaplah menjadi hati yang tersulut. Menghantam bintang-bintang diantara malam dengan api cintamu yang tak pernah padam. Biarkan merah tetap menjadi darah. Mengalir sederas ombak menemani aliran dalam nadimu, membawa sepintas masa, menghidupkannya lagi dalam raga dan jiwa, jiwa yang terbakar. Rasakan hatimu, bawa aku menjelajah kesitu, membuat masa depan menunggu, karena iya atau tidak hari ini pasti berlalu. Menghapus dongeng masa laluku, masa lalumu. Menulis skenario baru, layaknya sebuah drama klasik. Taman taman di angkasa akan menyambut, bunga-bunga yang kembali hidup, mengharumkan nafas dalam ruanganku bersamamu, dalam teduhnya hati. Kau tak akan sendiri bila pergi, aku di sampingmu menemani, dibelakangmu mengikuti, didepanmu memimpin langkahmu. Kau tak akan tertawa sendiri, aku bersamamu bercanda sesuka hati. Kau tak akan menangis sendiri, kau dipelukku, menunggu kesedihan ini berakhir, melihat masa berganti, menunggu waktu berotasi, membuat hari tua menanti, karena kita akan ada disana suatu hari nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar